Boezem Wonorejo

Tergelitik oleh berita adanya wisata alam baru di Surabaya, dan keinginan survey untuk rencana sebuah kegiatan pada bulan Februari mendatang, aku mengajak seorang temanku untuk hunting tempat yg bertajuk "Boezem Wonorejo".
Info yg ku dapat dari internet dan koran rupanya sangat kurang, terbukti, kami nyasar sampai di daerah Pandugo belakang, dekat tambak-tambak. Bertanya kepada seorang Bapak di daerah itu pun percuma, beliau bahkan asing mendengar nama tersebut. Alhasil, kami balik kucing ke arah kebun bibit wonorejo. Untunglah sebelum sampai kebun bibit, ketika aku bertanya kepada seorang ibu penjual sayur, beliau tahu nama itu dan menunjukkan jalannya. "Gang depan belok kanan, kiri, kanan....". Aku sudah pusing duluan. "Pokok kantor kelurahan depan belok kanan, lalu sampai DAM (nama lain untuk bendungan kecil) belok kiri, terus tanya pangkalan taxi Orenz", jelasnya mempermudah aku untuk mengingat. Ohh, terima kasih, ibu..
Benar yg dikatakannya. Tepat gang di samping kantor kelurahan Wonorejo, kami masuk, mengikuti jalan-jalan kampung sampai bertemu sebuah DAm kecil, berbelok kiri sedikit melalui jembatan di atas DAM, lalu pada pertigaan pertama belok kanan, lurussss....sampai di kanan jalan kami melihat tulisan ORENZ besar di atas sebuah papan spotlight kuning yg tentu tak kalah besar. Di depannya, sebuah rakit tertambat di pinggir sungai, membawa penduduk menyeberang dari ruas jalan ini ke sisi lain sungai. "Nambang Wonorejo-Genjeran" demikian tulisan yg tertera pada papan tripleks di atas pangkalan rakit itu.
Ternyata jalan masih jauh, dari pangkalan taxi ini masih harus lurussss...sampai jalan yg hampir 'buntu' dan di sisi kanan nampak papan besar bertulis "BOEZOM WONOREJO". OMG....dari sekian jauh perjalanan, hanya ini satu-satunya papan petunjuk yg ada, ckckck...
Di dalam kawasan Boezem ini, ada semacam mesin pembangkit yg cukup banyak dan besar, lalu di kanan dan kirinya penuh dengan petak-petak semacam tambak. Tanah yg disediakan untuk jalur kendaraan lewat tak lebar, menurutku hanya cuku untuk 1,5 badan mobil saja (bagaimana kalau ada mobil dari 2 arah, ya?) dan masih berupa tanah tak beraspal, beberapa ruas becek sisa hujan. Jauh juga jalan tanah yg harus dilalui sebelum akhirnya kami sampai di tempat parkir, di depan 2 buah bangunan kuning yg menghadap tepian sungai deras dengan sebuah dermaga kecil. Dari dermaga ini, orang dapat melanjutkan ke tempat mangrove yg sesungguhnya dengan membayar 20.000/ org dengan menggunakan perahu kecil dan dapat berwisata di hutan bakau selama 1/2 jam.
Menurut cerita bapak penjaga dermaga, di hutan mangrove ada gazebo-gazebo dan jalan setapak di antara hutan tersebut. Waktu 1/2 jam yg disediakan tentu tak cukup bagi wisatawan yg ingin berkeliling melihat hutan mangrove yg sedang dalam proses untuk menjadi hutan lindung ini.
Untuk rombongan, pihak pengelola Boezem menyediakan paket B dengan minimal 20 orang, 55 000/org, fasilitas ialah makan siang dari pihak pengelola saat berwisata ke hutan mangrove. Paket A adlah layanan serupa, namun dengan tujuan ke hitan lindung di daerah kecamatan Gunung Anyar, namun paket ini belum dapat direalisasikan karena debit air yg kurang untuk dilalui perahu pada jalur ini. Pendaftaran untuk rombongan dapat langsung menghubungi sekretariat di kantor kelurahan Wonorejo.
Hal yg perlu diperbaiki adalah:
  1. penambahan jumlah papan penunjuk lokasi
  2. perbaikan jalan ke arah parkir Boezem, di aspal
  3. pengelolaaan dermaga supaya lbh cantik =P


Comments

Post a Comment

Please enter ur comment here...-.~