Jalan-jalan ke Bukit Lincing

Bukit Lincing merupakan 1 dari sekian bukit dalam gugusan Gunung Arjuno - Welirang.
Ketinggian bukit ini 1860 mdpl atau 1860 masl dalam istilah international.
Sebenarnya Lincing merupakan bagian dari jalur pendakian menuju Puncak Ogal-Agil bila kita mendaki via Lawang. Pos Perijinan pendakian Gunung Arjuno via Lawang sendiri terletak di Desa Wonorejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.

Untuk menuju pos perijinan, kalau teman-teman mau ke sana dengan membawa kendaraan sendiri, dari arah Surabaya bisa putar balik di dekat Pasar Lawang, lalu ambil jalur kiri karena setelah Hotel Niagara yang legendaris itu, kita akan berbelok ke kiri masuk Jalan Anjasmoro. Orang biasa juga menyebut dengan jalan masuk Makam atau Sentong, karena memang jalan tersebut merupakan jalan masuk menuju kompleks Sentong. Ada papan signage hijau bertuliskan: Pesantren Modern Darussalam di depan jalan masuk ini.
Terus saja berkendara sampai sekitar 15 menit, lalu setelah tikungan naik arahkan pandangan ke kiri, pelan-pelan saja, di kiri akan ada semacam gardu kampung dengan papan besar putih bertuliskan "Pos Perijinan Pendakian Gunung Arjuno". Silakan mendaftar kepada Pak Rudi dengan meninggalkan KTP atau SIM. Biaya perijinan 10.000/orang. Biasanya Pak Rudi akan meminta pembayaran dilakukan saat turun saja, jadi pada saat naik hanya diminta meninggalkan kartu pengenal.
Untuk parkir, teman-teman bisa memilih parkir di beberapa rumah penduduk yang ada di dekat gerbang masuk kebun teh Wonorejo.
Waktu itu kami memilih parkir di Rumah Ibu Harti, dengan pintu garasi yang aman serta terlibdung dari hujan. Tarif inap per motor 10.000 :)
Dari gerbang, pilihlah pintu kanan, sehingga teman-teman langsung disambut oleh sebuah pohon beringin rendah di tengah dan sebuah tandon air di sisi kanan. Kalau teman-teman beruntung, penduduk akan menunjukkan jalan potong makadam, lurus melintas kebun teh sampai menyeberang 2x jalan utama makadam, baru pada makadam ke-2, teman-teman melewati jalan makadam terus. Jika ada petunjuk untuk melintas di pohon-pohon, ikuti saja, petunjuk-petunjuk tersebut sangat membantu.
shortcut lewat tengah kebun teh
pilih gerbang ini

Melewati kebun teh 1/2 jam, kita akan mendapatkan brak 1, berupa sebuah shelter di sisi kiri jalan, berukuran sekitar 4x5m dengan atap seng.
brak 1 dengan atap seng
Lanjut menapaki jalan makadam, masih lewat kebun teh, selama 1.2 jam lagi, lalu kita akan menjumpai sebuah gubug putih pada pertigaan jalan makadam. Boleh lah beristirahat di sini, nyaman banget kok suasananya, ada 2 tempat duduk bambu yang bisa dipakai untuk tidur dan sebuah jam gubug (jam yang dipasang di gubug, bukan di dinding :D ).
Selepas gubug putih ini, ambil jalan arah ke kiri sekitar 100 m, jangan pilih jalan lurus di belakang gububg karena nanti bisa mengulang peritiwa nyasar 2 orang pendaki beberapa waktu lalu yang lewat jalan tersbut. Jalan itu mengarah ke "kedung" (istilah orang jawa untuk genangan air yang cukup dalam di akhir aliran sebuah sungai) di perbatan Malang- Pasuruan.
Kembali ke gubug, ambil jalan arah kiri sepanjang 100 m sampai kita menjumpai bekas bangunan yang tinggal lantai semennya di sisi kanan, agak tinggi. Tepat di samping lantai semen ini, kita akan menjumpai jalan makadam menanjak. ikuti jalan ini terus sampai masuk ke jalan setapak. Selamat datang di kebun kopi, belokan tadi mengawali perkebungan kopi di sela-sela teh.
Habis area kopi, kita memasuki hutan kaliandra yang tropis dan lembab, sinar matahari tak mampu menjangkau lantai hutan ini sehingga bisa dipastikan saat hujan atau setelah hujan, jalannya licin-cin, siapkan mental dan rem cakram ya, temansss... hahahaa...

Berjalan 2 jam dalam hutan kaliandra, jalan yang kita lalui mengarah ke kiri. Di sisi kiri jalan, pada deretan pohon tinggi, dipasang beberapa papan besar (yang salah satunya waktu itu terkapar di tanah, sisa diterjang angin besar) menandai bahwa kita memasuki area Tahura Raden Soerjo. Tampak puncak Ogal-Agil nun jauh di sana, dan puncak Bukit Lincing dekat di depan (dekatt... tapi jalurnya menyiksa). Jelas bahwa kita telah memasuki area savana lincing, namun pos 2 belum juga nampak.
Hampir putus asa karena ngantuk dan lapar (pukul 2 dini hari waktu kami sampai sana) dan masih tak ada tanda-tanda keberadaan gubug pos 2 maupun papan penanda pertigaan lincing vs savana. 15 - 20 menit kami berjalan menanjak melalui savana dengan beberapa kaliandra di sisi kiri kami, kami mendengar suara music lirih dan bau rokok dari sisi kiri jalan. Tak tampak gubug, hanya ada dataran dan gerumbulan pohon kaliandra. Kami coba mengikuti arah kiri dan mulai bisa melihat atap gubug di belakang kaliandra, masuk lewat jalan setapak kecil dan voilaa... kami melihat 3 tenda di sana, wahhh... senangnyaa.. Pos 2.

2 tenda dari mana suara music dan asap rokok berasal masih menyala, para penghuninya dengan ramah menyapa kami dan menawarkan bantuan membangun tenda. Terima kasih, teman ^__^
Tenda berdiri dan ternyata tak cukup untuk kami ber-4, maka diputuskan untuk masak dahulu baru berpikir soal formasi tidur :p
Dengan tenda yang speknya kapasitas 3/4, diisi 2 cowok + 2 cewek ternyata tidak muat, maka kami pakai teknik seperti saat di pos perijinan Baderan: kepala yang utama, di dalam tenda dengan posisi melebar, kaki diletakkan mengarah ke salah satu pintu tenda yang sengaja kami buka.

Pagi, pukul 7 sudah, tapi kami masih ngantuk, secara.. kami baru tidur pukul 3. 3 tenda di sekitar kami sudah berpencar ke sumber air, ke savana, atau ke spot foto bagus lainnya sementara pelupuk mata kami masih lengket. Mbak di samping tenda kami memberitahu kalau mie instan kami ada yang dicuri kera pagi tadi. Ternyata masih banyak kera di sini, temans, hahahaa... jadi hati-hati kalau meletakkan makanan maupun sampah makanan kalau tidak mau diambil kera-kera tersebut atau sekerdar dicecerkan oleh mereka.

Sekitar pukul 9, setelah makan pagi, kami memutuskan jalan sekenanya karena toh kabut masih pekat. Semua tenda di sekitar kami sudah turun, hixhixx.. tinggal tenda kami sendiri.
Kami lewat jalan setapak di belakang tenda, arah turun ke sungai kering, menyeberangi sungai, lalu naik dan naik terus sampai Bukit Lincing. Ingat, Bukitnya itu yang paling tinggi di sana itu yaa.. Napas kami ngos-ngosan, padahal nggak bawa carrier :D
Lain kali, kalau kami terpaksa ke Puncak Arjuno lewat Lawang, kami akan pilih jalur savana saja untuk mencapai Mahapena :D Atau mungkin hanya akan main ke Pager Watu, yang ternyata bagus juga dilihat dari tepi savana Lincing. Pager Watu itu mengingatkanku pada jalur  Watu Telek di Gunung Lemongan, yang membuat kami tersesat berjamaah (3 kelompok berbeda yang terdiri dari 17 orang tersesat bersama di sana :D :D )

itu Budug Asu, bukit tinggi yang di belakang kami
perjalanan turun dari lincing
Oh ya, saat kami turun dari bukit Lincing, tak disangka kami bisa melihat bukit jauh di sana dengan puncak gundul dan sebuah pondok kayu di puncaknya. Track menuju ke sana terlihat jelas. Itu Budug Asu, di beberapa punggungan dari kami.
Jadi, main ke sini nggak mengecewakan sama sekali sih, belum sempat ke sumber air juga. Kata penduduk, sumber air hanya 15 menit dari pos 2, tapi itu lewat 2 bukit, hahahhaaa... bercanda.. 15 menit itu kalau penduduk lokal yang jalan kali ya.. kalo kami yang kayak siput ini yaahh...  lihat saja besok-besok. Untungnya air kami 5 botol besar cukup dan malah masih sisa, jadi kami tak perlu ke sumber air :p

Comments

  1. keren ka reviewnya,thanks sharenya ka jangan lupa kunjungan ke blog kami di http://www.dtmiceandtour.com/2018/03/open-trip-munggahan-melaka-kuala-lumpur.html

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih gan udah mampir ke blog ini 😊

      Delete

Post a Comment

Please enter ur comment here...-.~