Pendakian Gunung Kawi Kawinajang Puncak Tugu

Gunung Kawinajang atau oleh penduduk setempat biasa disebut sebagai Puncak Tugu, adalah sebuah puncak di antara sekian banyak puncak dari gugusan Gunung Kawi. 
Yang biasa dikenal oleh orang kebanyakan atau sudah populer adalah Gunung Buthak, dan yang belakangan dikenal adalah Puncak Batutulis Gunung Kawi. Selain 2 puncak tersebut, masih ada beberapa puncak lain, di antaranya adalah Puncak Tugu atau Gunung Kawinajang ini. 

Untuk yang belum tau, sangat wajar, karena di google maps pun nama Kawinajang baru muncul dan tanpa awalan kata Gunung atau Puncak. 
Perjalanan dimulai dari basecamp Gunung Kawinajang di kampung dekat loket bawah Cuban Sumber Pitu Pujon.
Di sana kami ngobrol-ngobrol, bahkan sempat ketemu dengan Laskar Gunung Kawi Putih yang akan mengadakan Grebek Suro berupa pendakian bersama seluruh anggota paguyuban pada Sabtu-Minggu, 5-6 September 2020 nanti. 
Pengurusnya ternyara dari berbagai kota, tidak hanya Malang saja. 


Oiya, pendakian ke Puncak Tugu Gunung Kawinajang ini sangat disarankan menggunakan jasa guide penduduk setempat karena jalurnya masih sangat rimbun dan banyak percabangan. 
Setelah menghitung waktu dan meminta dibarengi guide dari penduduk setempat, kami menuju parkiran atas Cuban Sumber Pitu dengan mengendarai motor. 
Jalan dari kampung menuju parkiran didominasi jalan makadam. Beberapa titik, bapak guide mengajak kami lewat jalan tanah yang biasa dipakai penduduk untuk "ngarit", tapi sempit dan rada horor kalau berpapasan dengan motor-motor warga yang pulang dari ngarit dengan membawa muatan segepok besar rumput di boncengan motornya, sementara jalan tanah yang kami lalui sangat sempit. 
Jadi, untuk lebih amannya, lebih baik teman-teman lewat jalan makadam yang lebar saja. untuk sampai ke parkiran atas Cuban Sumber Pitu.
Kami parkir di parkiran motor Cuban Sumber Pitu Pujon. 
Selanjutnya, kami diberi tumpangan morot warga yang biasa dipakai ngarit sehingga bisa naik lewat jalan-jalan tanah tanjakan yang sempit dan miring parah. Kalau motor biasa pasti keok deh ini. 
Sampai di hutan yang sudah tak dapat ditolerir kemiringannya, kami turun untuk berjalan, sementara motor-motor lanjut sampai pos 1. 
Sampai di Pos 1, motor diparkir, lalu semua berjalan menyusur hutan.
Jalannya hutan hujan tropis. Banyak pohon besar-besar dan berlumut. Sangat memanjakan hati para orang kota yang kekurangan suasana alam, hahahaha...
Butuh 40 menit perjalanan dari pos 1 ke pos 2. 
Petunjuk nya hanya begitu, di antara rerimbunan pohon, sampai temanku ini tidak sadar kalau kami tiba di pos 2, hahaha... 
Kami nanjak cukup curam dulu lewat hutan rapat, setelah itu tiba di tempat padhang (begitu istilah bapak guide untuk menyemangati kalau jalan menuju pos sudah dekat -__- )
Dari sini jalurnya dipenuhi bunga-bunga putih kecil yang sangat memanjakan mata. Ada sih videonya, tapi aku share di Youtube aja ya, teman-teman. Agak landai, diikuti ilalang tinggi-tinggi, lalu menyeberang pindah punggungan. 
Yap, di samping kiri kami jurang, kami mulai berjalan turun, masuk terowongan pohon perdu, lalu naik lagi masih di dalam hamparan bunga putih. 
Dan yakk.. sesampai di punggungan sebelah, jalannya naik terusss.. tanpa bonus. Jalan kami di antara pohon-pohon cemara dan ilalang tinggi. Beberapa titik tanahnya berupa pasir halus yang berdebu.
ketinggian di salah satu tempat break kami

di belakang sana tampak Gunung Malang

yah.. dan masih teruss naikkk
kejamnya tanjakan

di antara bunga-bunga edelweis

Hampir 2 jam perjalanan dari pos 2 ke watu Gogor. Ga ada bonus, naik terusss.
Sebenarnya Watu Gogor adalah pos 3, namun tak ada plakat yang tersisa di sini, entah jatuh atau rusak.
Dari Watu Gogor, tanjakan di depan adalah tanjakan terakhir sebelum puncak. Bendera merah putih sudah nampak menyembul dari sisi kiri atas nya. 

15 menit naik dengan curam sampai di plawangan Kawinajang/ Puncak Tugu dan bertemu lempengan batu petunjuk pertemuan dengan jalur dari Ngantang.

Bangunan di Puncak Tugu / Puncak Redi sudah nampak.
Tak sampai 1 menit saja perjalanan naik, jalurnya sudah jelas dan mulai ada lempeng batu piring ditata sepanjang setapak menuju Puncak Redi.
Di dataran seberang sana, nampak kotak semi permanen dari kayu dikelilingi banner bekas yang dipergunakan sebagai toilet bagi para peziarah.
Ini bangunan penyimpanan barang2 dan tempat istirahat para peziarah.
Dan di ujung dalam bangunan adalah makam pemujuaan dengan tulisan pada papan keterangan "Depok Pertapaan Kayangan Selo Mertangkep Puncak Redi Kawi".
Nampak puncak Arjuno menyembul di sisi Timur Laut.
pose wajib pakai kebaya juga dong.. hehe ^__^



Comments