Belum 3 hari turun Gunung Buthak,
2868mdpl, sudah ada yang ngajakin naik gunung lagi: Gunung Prau - Dieng dan
Gunung Arjuno, Putuk Lesung. Hmmm... what a life ^-^
Putuk Lesung? Jujur baru kali ini aku
mendengar kata itu. Di sebelah mananya Arjuno? Sebelahnya Eyang Semar
katanya..
Mulailah gugling sana-sini and
voila.. Putuk Lesung adalah sebuah bukit di kelompok Gunung Arjuno yang di
datarannya ada peninggalan prasejarah jaman megalitikum berupa sejenis lesung.
Aku suka yang berbau-bau arkeologi gini, maklum, cita-cita arkeolog atau
astronom ngga ada yang kesampaian, hahahaa...
Di sebuah
blog malah dikatakan kalau senenarnya temuan itu bukan lesung tapi sarkofagus,
peti mati yang terbuat dari batu, dengan dolmen - tempat harta benda si mati - di atas
kepala, dan peti membujur arah utara-selatan. Cermat sekali sang penulis blog
ini, membuat aku makin penasaran akan Putuk Lesung. Sarkofagus lain yang pernah kami temui selama
naik gunung adalah di Gajah Mungkur, sebuah bukit di samping Gunung
Penanggungan, bisa tembus ke jalur Jolotundo.
Minggu
pagi, melalui Line, diinfokan berkumpul di Terminal Bratang pukul 05.30. Ini
kerja berat buat aku, yang biasanya bangun paling pagi jam 8. Alarm ku
nyalakan, namun tetap saja tidur tak jenak, 1 jam bangun, 1 jam lagi bangun
lagi, takut terlambat. 4.30 mandi sajalah, daripada gelisah terus. Sedikit
packing, melengkapi packing semalam, lalu mulai bersiap. Jalan kaki ke terminal
Bratang hanya butuh waktu 15 menit, jalanan masih sepi pula. Sampai di sana kok
tidak ada tanda-tanda perkumpulan? Ternyata benar, pada molor, ahahaa… Akhirnya
jam 7 baru berangkat dari terminal Bratang, ber-8, dengan 3 motor matic dan 1
motor bebek. Walaupun cewek semua, teman-teman baru ini nyetirnya pada
gila-gilaan ternyata, sepertinya minimal 80 km/jam deh.. Berhenti sebentar di
mini market di jalan sebelum Purwosari, 2 motor di belakang rupanya tak tahu
sehingga mbablas sampai Purwodadi.
Terpaksa koordinasi ulang untuk putar balik dan bertemu di Kantor Pegadaian
Purwosari. Dari Kantor Pegadaian, kami masih masuk naik lagi sekitar 1 jam
perjalanan motor untuk sampai ke Pos Perijinan Arjuno. Lupa-lupa ingat aku
jalan rayanya, namun ketika sampai desa terakhir, masih jelas aku ingat rumah
Mas Anto, tempat pos perijinan, dan kamar mandi besar bersama. Aku putuskan
makan dulu karena ternyata bangun terlalu pagi memicu asam lambungku naik, maag
kambuh.teh hangat dan Nasi putih saja
yang bisa masuk, ku dorongkan cepat-cepat ke dalam mulut karena sungkan dengan teman-teman yang sudah
menunggu di luar, sisanya aku minta dibungkus untuk makan siang. Peta lokasi
Putuk Lesung kami dapat dari warung, dengan referensi dari Mas Anto ketika kami
mendaftar di perijinan tadi (sambil meninggalkan KTP).
memulai perjalanan, masih ada signal smartfren |
Pukul 10an
kami mulai naik, melewati jalan macadam, yang tak lama kemudian disusul oleh
deru rombongan motor-motor trailer yang sedang latihan medan. Jalan berbatu
seperti ini enak untuk naik dengan jalan kaki, tidak untuk motor, yang sampai
harus menggerung-gerung saat terjebak di cekungan. Yang bingung pengemudinya,
hampir tertimpa tapi masih harus menarik keluar roda motor dari cekungan.
Teman-teman tripku kali ini Vivian, seorang artis IG yang tenar di dunia IG
pendaki, padahal baru usia 18 tahun dan 6 orang pemula, di antaranya 2 orang
yang sudah pernah naik Gunung Penanggungan.
4 orang yang benar-benar pemula ini sudah mulai kembang kempis sebelum
sampai Pos 1 padahal kami hanya membawa daypack isi snack, air, dan jas hujan. Jadi
ingat saat aku pertama kali naik Semeru
2005 dulu, baru masuk jalan menanjak dari Ranupane kami yang pemula sudah
tersengal-sengal, mulai mencari alibi-naik di pagi hari artinya berlomba
menarik oksigen dengan pohon-pohon sekitar, padahal ya memang kami yang belum
biasa naik atau olah raga agak berat, hahahaa… (Yahh, walau jaman SMA dulu biasa saja jalan kaki dari sekolahku di Muntilan dampai ke Pos Pengamatan Merapi di Babatan, atau dari sekolah ke Bukit Keruk, maklum, jaman SMA kan masih kuat-kuatnya..) Jelas, aku dan Vivian memutuskan
untuk menjadi sweeper saja, dan penyemangat, hahahaaa.. 45 menit untuk mencapai
Pos 1, Goa Antaboega. Berfoto ria, minum-minum dan melepas penat teman-teman
ini, lalu melanjutkan jalan, tanpa mampir Goa dulu supaya tidak lantas terlalu
sore pulang ke Surabaya nanti.
Dari Goa
Antaboega ke Pos 2 Tampuono jalan mulai masuk ke ladang atau kebun penduduk,
dan mulai banyak jalan tanah, lebih menanjak juga. Untung tidak hujan meskipun
sudah mulai mendung. Tapi persediaan air milik teman-teman sudah pada habis.
“Tenang, di Tampuono ada sumber air, “ ucapku. Memang iya, aku ingat di
Tampuono ada bak Tampung di samping Kamar Eyang Sekutrem, juga ada Sendang Dewi
Kunti, santai.. 1 jam 15 menit kami sampai di Tampuono. Makan siang dulu..lalu
main-main ke Sendang Drajat sementara teman lain sholat. Vivian menyarankan
untuk menunggu di Tampuono saja buat teman-teman yang kira-kira tidak kuat
melanjutkan ke Putuk Lesung, daripada nanti tidak kuat dalam perjalanan pulang
ke Surabaya. Ternyata, semua ikut ke Putuk Lesung. Baiklah, semoga kuat semua :)
papan petunjuk arah |
bersama teman-teman di dataran depan gubug bapak tua di Putuk Lesung |
lesung, yang sebenarnya sarkofagus, dengan tempat menyimpan harta di sisi kepala jasad |
bukit di belakangku itu yang dimaksud puncak Putuk Lembu |
perjalanan di sekitar puncak, kabut dan embun deras |
Yang menyedihkan,
di Tampuono kami tidak menemukan Andomax G2-ku yang baru kusadari hilang saat
perjalanan naik ke Putuk Lesung tadi. Di warung pintu pendakian dan di pos
perijinan pun ternyata tidak ada. Mahal sekali ongkos naik Arjuno kali ini,
seharga sebuah Andromax G2 qwerty :( :(
Timeline Putuk
Lesung-Arjuno:
Ø
Tambakwatu-ontobugo
45 menit
Ø
Ontobugo
– tampuono 1jam 15mnt
Ø
Tampuono
– putuk lesung 30 menit
Ø
Putuk
lesung-puncak putuk lembu 15 menit
Turun:
Ø
Putuk
lesung-tampuono 15 menit
Ø
Tampuono
– ontobugo 1jam
Ø
Ontoboego
– tambakwatu 45 menit
Comments
Post a Comment
Please enter ur comment here...-.~