1.
Danau Gunung 7
Beruntung juga perjalanan ke Gunung Kerinci tertunda karena kekurangan
porter yang bisa membantu saat lebaran, karena beberapa dari anggota rombongan
kami belum pernah naik gunung bersama sehingga belum tau kecepatan dan karakter
jalan dalam kelompok kami.
di atas pickup di depan gerbang pengamatan Danau Gunung 7 |
karakter medan danau gunung 7 |
Perjalanan naik sekitar 2-3 jam dengan medan seperti gunung Cikuray, banyak akar pohon –namun tak sedahsyat Cikuray tentunya- dan vegetasi hutan hujan tropis nan rindang membuat beberapa yang belum terbiasa terengah-engah, meski tetap menyenangkan berjalan bersama. Disertai 2 rombongan lain di antara rombongan kami: 2 orang mas-mas dari Jakarta –yang tadi membeli ayam di pasar- yang akan naik ke Gunung Kerinci juga esok – membawa 2 carrier besar- dan 2 orang bule tanpa barang bawaan yang amazing jangkauan langkahnya –sepertinya hanya Kefas yang bisa menyamai jangkauan langkah mereka – membuat kami tetap bersemangat walau berpeluh dan lapar belum makan siang.
pohon rebah di ujung tanjakan |
Sampai di Danau Gunung Tujuh, karena dikelilingi 7 gunung di
sekitarnya – yang tak ada juga penduduk local yang tau nama ketujuh gunung
tersebut - , semua rasa lelah sirna sudah. Rasanya ingin sekali menceburkan
diri ke dalam air danau yang jernih namun begitu menyentuh airnya, brrr..
batall.. Makan siang di tepi danau nampaknya lebih menjanjikan, ditemani tiupan
angin sepoi dan vitamin A hijau sekitar, serta secangkir kopi atau coklat
hangat, hmm…
Danau Gunung Tujuh, bersama 2 bule berkaki panjang :D |
tepian danau gunung 7 yang pw untuk nongkrong |
Alhasil, perjalanan 15menit naik menuju pohon rebah di persimpangan
terasa lama dan jauh, padahal seharusnya bisa lebih cepat. Menahan nyut-nyut
pada benjolan di tulang kering ternyata mempengaruhi kecepatan jalan,
fiuhh..tak enak rasanya menghambat rombongan di belakang yang tiba-tiba saja
sudah berada tepat di belakang kami. Maka, sambil berdoa, aku minta maaf pada
kaki yang kurang kujaga baik ini, berharap dia mau memaafkanku sehingga bisa
bertahan hingga sampai di tempat penjemputan pick up.
Syukur sekali, setelah permintaan maafku, sang kaki menjadi sangat
berbaik hati mau berjalan cepat. Perjalanan turun yang menyenangkan bersama
music yang seringkali roaming dengan music di belakang, serta perbincangan
ringan seputar baper. Wah, ini rupanya yang membuat anak-anak polos tak boleh
mbolang bersama kami tanpa pendampingan orang tua. Kefas masih polos kah
setelah perjalanan ini? Hahaha.. Tiba-tiba saja kami sudah bertemu dengan Bu
Farida, Pak Hanafi, dan di cabang jalan setapak yang lain: Stefani dan mas
Sugi, lhoo.. Usai melewati jalan setapak memotong aliran sungai kecil, kami
keluar dari hutan Gunung Tujuh, taraaa.. dan masuk ladang penduduk beberapa
petak, lalu tiba di gerbang pos pemantauan. Tepat waktu itu pula pick up Mas
Heru sudah tiba menjemput kami, menjelang waktu berbuka puasa. Jalan turun ke pos
perijinan berupa kerikil kasar –seperti kerikil yang dipakai untuk alas jalan aspal - dengan
sungai kecil mengalir di sisi kiri-kanan jalan. Perjalanan naik tadi sangat
terbantu dengan hantaran pick up ini, kalau tidak, mungkin kami sudah kepayahan
dahulu melewati jalanan ini, sekitar 20 menit perjalanan dengan mobil.
Pukul 17.30 di sana masih terang benderang sementara pick up sudah
melaju berkejaran dengan waktu karena takut tak mampu memburu saat berbuka.
Teman-teman yang duduk di pembatas tepian pick up, termasuk aku, mulai
kedinginan namun tak mampu bersembunyi dari terpaan angin dingin sore itu.
Permintaan berhenti beli es buah dan cari apotek pun lewat sudah. Sampai di
basecamp, kami baru tau kalau penjual es buah pun sudah tutup dan apotek tak ada
lagi yang buka selama hari-hari sekitar lebaran, owwh… Jadi catatannya,
sediakan juga Thrombopop dan kinesiotab dalam perlengkapan P3K, mnimal P3K
pribadi. Lah kalau sudah terlanjur seperti kami gimana? Ya malamnya nongkron di warung samping basecamp buat beli bandrek & es batu untuk kompres :D
2.
Air Terjun Telun Berasap
Air terjun Telun Berasap terletak di Desa Telun Berasap, kecamatan
Kayu Aro, kabupaten Kerinci. Kalau dari basecamp Kersik Tuo, arahnya sama
dengan kalau akan ke Danau Gunung Tujuh, tetapi dari pertigaan pasar kita pilih
jalan lurus saja.
Sebenarnya jadwal kami hari itu adalah ke Danau Kaco, namun beberapa
hal menjadi pertimbangan sehingga tak jadi kami ke sana. Dan ide main ke air
terjun dilontarkan oleh Bang Oss, yang membuat mba Tio, yang sudah berniat stay
di basecamp hari itu, tertarik untuk bangkit dan bergabung, hahahaa…
Jalanan ke sana melewati beberapa ladang jagung, kebun jeruk yang
pernah Berjaya di daerah ini, dan koperasi yang gagal beroperasi karena kalah
oleh para calo. Sebelum berbelok kanan masuk loket air terjun, kami berhenti
membeli gorengan dan jagung goreng di warung-warung yang berjajar ramai di
sana. Jadi ini khas daerah ini, jagung manis utuh yang direbus lalu digoreng
dengan dilumuri tepung; bukan dadar jagung lho ya, karena ini jagung masih
dalam keadaan utuh. Jangan pula membayangkan burung kakatua ketika memakannya
nanti :D
pondok foto air terjun |
Menuruni beberapa puluh anak tangga dari semen selama 10 menit, kami
sempat berhenti di beberapa tepi yang menjorok ke arah air terjun dan melihat
bagaimana asal kata “berasap” itu muncul. Deras memang dan membuat sekitar
deburan air tampak berkabut dan basah. Sumber utama aliran air ini adalah mata
air di Gunung Tujuh, dingin air yang memercik di sekitar pun sedingin air di
Danau Gunung Tujuh kemarin.
foto dari pondok dekat air terjun, ada pelangi di sisi bawah |
Berjalan turun sedikit, ada gazebo yang letaknya agak menjauhi air
terjun besar tersebut, beratap seng, yang cukup nyaman untuk nongkrong karena
bebas dari percikan air terjun besar –yang lama-lama bikin basah juga. Dari
sini, jika kita melihat ke kiri, kita akan mendapati sebuah air terjun lain
yang lebih kecil dan letaknya lebih rendah, menuju aliran sungai yang sama.
Vegetasi sepanjang sungai berupa pakis-pakisan dan tumbuhan yang berasa
“dingin” lainnya.
Kami bertemu dengan mas-mas ayam lagi di sini, teman perjalanan kami
ke Danau Gunung Tujuh kemarin, masih dengan 2 carrier besarnya; dan “tetangga
masa gitu” yang ternyata ngikut di belakang kami, hahahaa…
3.
Rawa Bento
Tak langsung kembali ke basecamp, bang Oss membawa kami berbelok ke
kiri setelah jalan utama melewati kebun jeruk. Jalan kampong yang cukup lebar,
cukup untuk 2 mobil. Aku sedang menebak sesuatu ketika akhirnya kami sampai di
ujung jalan: sungai di tengah sawah, dengan jembatan gantung menghubungkan sisi
kampung sini dengan area sawah di seberang sungai. Jangan-jangan ini tempat
camping cantik yang pernah diceritakan bang Oss, dan ternyata
begitulah..taraa..
Sayang, gerimis waktu kami tiba di sana. Hanya ada 1 payung Bu Farida
dan 1 payung bang Oss untuk kami ber-16. Yah.. susah kan. Kami tidak
menyeberang jembatan, hanya sesi pemotretan sana sini saja, dengan jasa
peminjaman paying :D
Aku jadi ingat kata teman-teman, “sebenarnya, hal yang paling
menghibur itu cukup berupa tempat yang bagus untuk foto-foto”, dan tempat ini
sudah memenuhi kriteria tersebut, hahay.. Berasa privat milik kelompok kami
saja juga karena rombongan lain tak kenal tempat ini, apalagi “tetangga masa
gitu” :D
4.
Tugu Macan dan Kebun Teh Kayu Aro
kebun teh Kayu Aro |
Kebun Teh Kayu Aro membentang luas, seluas mata memandang hanya hijau
hamparan pohon perdu teh di kaki megah Gunung Kerinci. Menurut masyarakat
sekitar, kebun teh ini adalah kebun the terluas di Asia Tenggara, dan memang
benar. Kayu Aro sendiri adalah nama kecamatan di sini. Perusahaan pengelola
teh di kecamatan ini milik pemerintah
daerah. Hasil petikan pertamanya tidak diedarkan dalam negeri sendiri, khusus
dipisahkan untuk diekspor ke Jepang, China, dan manca Negara lainnya. Baru
hasil petikan atau kw ke-5 dst nya yang boleh diedarkan di dalam negeri
sendiri. Sedih ya, tidak menjadi pemilik di kebun sendiri :(
tugu macan berpagar |
Puas main di kebun the, dank arena langit makin gelap seakan akan
turun hujan deras, kami kembali ke mobil dan menilik Tugu Macan lagi.
Syukurulah “tetangga masa gitu” sudah pindah tempat entah ke mana hahaha… Ganti
kami yang sesi pemotretan ini.
Tugu Macan adalah ikon desa Kersik Tuo, berupa patung Harimau Sumatra
dalam pose siap menerkam dan tulisan TUGU MACAN di bawahnya. Sekarang, ikon
kebanggan ini diberi pagar besi sekelilingnya, dan untuk dapat masuk ke dalam
area pagar, kita harus memanggil juru kunci dan membayar semacam tiket
“selfie”. Sayangnya, tak setiap saat juga juru kunci stand by on location. Saat
kami ke sana, juru kunci entah di mana, maka seadanya saja kami berfoto di sisi
luar pagar.
Puas berfoto ria, kami tergoda untuk mampir warung tepat di seberang
Tugu Macan: Bakso, Mie Ayam, dan pecek lele. Baksooo… segera penuh kursi dalam
warung. Pemilik warung ternyata orang Jawa, Wonogiri tepatnya. Kita bisa
memesan makanan dalam bahasa Jawa, baik ngoko maupun krama, kok. Namun, jangan
kaget saat giliran membayar. Rp. 17.000 untuk seporsi Bakso, berisi 1 buah
bakso besar dan 2 buah bakso kecil; Rp. 22.000 untuk bakso + es teh; Rp. 35.000
untuk mie ayam-bakso. Sumatra ini, man.. lokasi strategis pula, di depan icon
desa dan icon Taman Nasional Gunung Kerinci Seblat nan tersohor itu, ahaha..
5.
Danau Kaco
Nah.. akan ku ceritakan alasan kami tak jadi ke Danau Kaco saat itu.
Danau Kaco dalam bahasa Indonesia Danau Kaca, karena airnya sangat
jernih seperti kaca. Bagi para photo hunter dan igers, tempat macam ini pasti
sangat menarik.
Tetangga kami di basecamp, sekelompok traveler elite asal Jakarta, ke
Danau Kaco saat kami bermain ke Danau Gunung Tujuh hari itu. Mereka berangkat
pagi, dan hingga tengah malam belum juga kembali ke basecamp. Dihitung-hitung
dari rencana awal kami, memang perjalanan ke sana membutuhkan waktu sekitar 3
jam, tanpa macet. PP 6 jam, plus waktu untuk sesi pemotretan paling minim
1,5jam. Kami masih menunggu mobil hingga pukul 13.00, hampir tak masuk akal
bisa kembali sebelum pukul 20.00, padahal mala mini kami harus tidur cepat dan
packing ulang sebelum tidur karena besok pukul 4.00 kami sudah harus memulai
perjalanan ke Gunung Kerinci, tujuan utama kami datang ke sini. Maka, kami
putuskan mengubur impian main air dan sesi pemotretan di sana, dengan berat
hati dan memaksa ikhlas, karena sebenarnya saying sekali sudah jauh-jauh ke
Sumatra dengan biaya yang tidak sedikit dan waktu tempuh yang lama lalu tak
jadi ke tempat yang sejak awal sudah kami impi-impikan dalam setiap chat di
grup.
Jadi benar-benar ikhlas ketika esoknya kami mendengar info bahwa
sebenarnya Danau Kaco tak sebesar yang kami bayangkan, hanya seperti kolam
kecil. Baiklah.. ikhlas sudah. Aku sarankan teman-teman untuk mengunjungi Kolam
Rambut Monte saja, di belakang Candi Gambar Wetan, KEcamatan Gambar Wetan,
Blitar. Jernih sekali airnya, hanya saja tak boleh dimasukin karena ada pusaran
mata air di bawah dan sekelompok ikan hiu kecil yang hidup di dalamnya.
6.
Aroma Pecco
Jemputan travel ke Sungai Penuh pagi ini terlambat hingga waktu tak
lagi bisa dikatakan pagi, bahkan siang, karena telah menjadi sore saat akhirnya
L300 yang cukup retro –kata keren untuk tua- datang dari Sungai Penuh.
Beritanya, macet di jalan, termasuk di daerah Aroma Pecco, dalam perjalanan
menuju ke basecamp.
Baru dengar nama itu. Itu nama objek wisata baru di tengah Kecamatan
Kayu Aro, kata ibu di basecamp, semacam taman hiburan gitulah.. Aku berusaha
memperhatikan kerumunan kendaraan dan orang di sekitar papan bertuliskan Aroma
Pecco di sisi kanan jalan, di antara luas hamparan kebun the, dalam perjalanan
kami ke Sungai Penuh sore itu. Hanya tertangkap sepotong oleh kamera HP ku.
Pemandangan di dalam pun tak tampak dari jendela L300 yang melaju dalam
kemacetan. Penasaran, aku bertanya kepada seorang teman, dan inilah
penjelasannya.
Sudah ada sejak beberapa waktu lalu sebenarnya, berupa semacam kebun binatang
tapi terbatas saja satwa yang ada di sana. Mungkin semacam kebun bibit bagi
orang Surabaya, hanya saja tidak dilakukan pembibitan tanaman di sana. Entah
kalau ada pembibitan pohon teh ya, sebab setelah papan nama pertama tersebut
aku melihat papan nama seperti itu lagi di depan semacam rumah dinas di sisi
kanan jalan :D Pada hari efektif pun pengunjung tak dipungut biaya masuk, hanya
saat libur tanggal merah saja ada pungutan tiket masuk, masih menurut info
teman tersebut. Terima kasih infonya, teman J
7.
Danau Kerinci
Danau Kerinci sebenarnya sangat mudah dijangkau, dalam perjalanan
berangkat dari Jambi menuju Kersik Tuo saja kami telah melewatinya di sisi kiri
jalan raya, sayang tak terlihat jelas karena saat kami lewat hari sudah malam,
sekitar pukul 22.00. Paling dekat dijangkau dari Sungai Penuh, maka dalam
itinerary awal kami cantumkan dari penginapan di Sungai Penuh, tepaatnya 16 km
di selatan Sungai penuh.
Danau Kerinci, menurut infonya, adalah danau terbesar di Kabupaten
Kerinci. Tingginya 783 mdpl, luas sekitar 5000 meter persegi, dan terbentuk
dari peristiwa vulkanik dengan kedalaman 16m. Untuk fasilitas yang ditawarkan
di sekitar danau, rasanya sih standard tempat wisata pantai, seperti
warung-warung makan.
8.
Pusat oleh-oleh, perlengkapan gunung, dll
Pusat oleh-oleh terdekat ada di samping warung bakso seberang Tugu
Macan. Paling lengkap menurut beritanya. Namun kalau toh ternyata took tersebut
tutup, seperti saat kami ke sana, kawan-kawan dapat berjalan lurus agak jauh
sekitar 20 menit kea rah Sungai Penuh. Toko ini tak besar, hanya sekitar 3 x3 m
ukurannya. Kaos-kaos lengan pendek dan panjang dengan berbagai tulisan Kerinci
ada di sana, harganya kisaran 70.000-110.000. Ada juga the celup, the tubruk,
gantungan kunci, tas bamboo, dan syal tenun Lombok dengan tulisan Kerinci. Kalau
perlengkapan gunung ada yang kurang, toko ini juga menyediakan, kok. Ada tabung
gas seharga 22.000, jaket, celana lapangan, kerpus, dll yang bermerk outdoor
gear.
Kalau mau yang murah meriah, pasar Kersik Tuo bisa jadi pilihan. Di
dalam pasar ada banyak penjual pakaian, harga bisa ditawar dan bisa deal dalam
harga yang wajar, kok. Di area depan ada penjual baju hangat, kaos tangan,
syal, kaos kaki, dan kerpus. Kaca mata hitam juga ada bagi yang mau bergaya :D
Ohya, makanan murah dengan harga normal seperti di Jawa bisa kita
jumpai di pasar. Jangan khawatir bakalan kena pukul bayar mahal kalau di area
ini.
Mau copy file-file foto ke flash disk? Ada juga kok toko yang menjual
accessories dan peripheral computer semacam itu. Ada 2 toko, dalam arah pulang
dari Tugu Macan ke basecamp.
9.
Angkot
Tidak ada travel ke Sungai Penuh? Tinggal berdiri saja di depan
basecamp, maka angkutan pedesaan warna putih akan lewat di depan kita. Arahnya
ke Sungai Penuh, dan terminal akhir juga di sana. Dari Sungai Penuh, banyak
pilihan travel ke Jambi. Tariff travel sekarang Rp. 230.000.
Jadi, apa lagi yang dikhawatirkan untuk jalan-jalan di sekitar Kersik Tuo? Cuzz dehh.. ^-^
Comments
Post a Comment
Please enter ur comment here...-.~