Pendakian Gunung Lemongan

Pertama:
Acara pendakian bersama 3 komunitas jalan-jalan ke Gunung Lemongan: Rinjaniholic, Para Pejalan MDPL, dan komunitas perkusi Malang dengan menyewa mobil dari Surabaya.
Yah, meskipun malam itu nyasar berjamaah, bahkan setelah bersama sekelompok orang kampung situ, kami ber-17 jadinya, masih saja berputar-putar mencari Watu T***k yang katanya merupakan petunjuk menuju Watu Gede.
Saking asyiknya nyasar, luka-luka di tangan dan kaki akibat "mbrasak-mbrasak" ngga terasa dan saat muncak, beberapa teman sudah sangat ngantuk sehingga diputuskan turun balik ke Watu Gede saja, camping ceria, hahahaa...
Apa pun itu, setiap pendakian dan perjalanan punya ceritanya sendiri. Seruu.. ^__^

Dan, ada alasan untuk Remidi :D

Kedua:
Masih dengan menyewa mobil dari Surabaya, kami berempat berangkat pagi pukul 10.00
Perjalanan sampai Lumajang cukup lama karena waktu itu belum ada tol, sekitar pukul 16.00 sore. Kami mampir dahulu untuk beli bekal makan malam, melengkapi logistik di alfamarta tei jalan raya, ke rumah Gus Aak di dekat Alfamart sebelum masuk dari jalan utama, dan ke rumah teman Laskar Hijau di kaki Gunung Lemongan, ternyata beliau sedang ada pertemuan di Jember.
Perjalanan selanjutnya, dengan mobil melewat jalan cor lalu mulai masuk jalan makadam sampai parkiran atau pelataran depan makam mbah Citro.
Sekitar pukul 5 sore waktu itu. Kami packing ulang lalu mulai jalan dengan meletakkan headlamp di luar karena hari mulai gelap. Bapak sopir menunggu saja di mbah Citro sampai esok kami turun lagi.
Perjalanan kami lewatkan rumah pembibitan Laskar Hijau, yang hanya berjarak 5 menit dari makam mbah Citro. Dari sini, jalan sudah sangat jelas mengikuti setapak melewati area semacam kebun hasil penanaman kembali teman-teman Laskar Hijau.
Sekitar setengah jam berjalan, kami tiba di batu-batu yang lapang. Beberapa pendaki lain beristirahat di sini. Kami memilih agak naik lalu beristirahat juga sambil melihat indahnya bintang di langit malam. Rasanya ingin buka tenda di sini saja, hahaha...Tapi target kami malam ini sampai Watu Gede, maka kami lanjut.
Hamparan batu model karang yang sangat menyusahkan untuk ditapaki mulai nampak. Inilah area Watu Telek, menandakan kalau Watu Gede sudah dekat. Iya sih, dekat, tapi jalannya susah, salah injak bisa merobek kaki yang beralaskan sandal gunung, dan voilaa... di akhir Watu Telek, kami disampbut tanjakan yang cukup menguras tenaga.. Total 1,5 jam waktu tempuh dari makam mbah Citro sampai Watu Gede.
Untunglah tak lama, Watu Gede sudah nampak. Kami membuka tenda di sini, lalu mulai masak dan bersiap tidur. Tidak begitu banyak tenda waktu kami tiba.
Sekitar pukul 12 malam, di luar tenda mulai ramai. Banyak sekali pendaki yang tiba di area ini, sampai sekitar pukul 3. Rata-rata mereka hanya membawa ransel daypack, tanpa tenda. Rupanya mereka sengaja berangkat malam supaya langsung bisa summit tanpa perlu nge-camp.

Pukul 3 kami bangun, memasak minuman hangat, mempersiapkan bekal untuk summit, lalu mulai naik pada pukul 4. Masih dingin dan gelap, dan jalur yang kami lalui melulu kerakal labil yang sangat mudah rontok ketika diinjak, fiuhh... Lalu vegetasi mulai berubah menjadi ilalang, dan diameter kerakal menjadi lebih kecil. Kami melipir sisi bukit sehingga terlihat di antara ilalang, pemandangan di bawah yang mulai terang oleh sinar mentari.
Habis ilalang, vegetasi mulai berubah menjadi hutan tropis lagi. Yang kami injak kini bukan lagi pasir tapi sudah tanah, lebih memudahkan melangkah :) Tapi jangan senang dulu, jalurnya naik, naik, dan naikk temann... hahahaa... beberapa kelompok pendaki lain mulai berpapasan dengan kami, mereka juga sedang dalam perjalanan summit.
Di ujung tanjakan, nampak cabang ke arah kiri dan arah lurus. Di sisi kanan sebelum percabangan, tampak sebuah pohon berlubang bagian bawahnya, dan ada guci kecil yang biasa dipakai sebagai dispenser air galon. Rupanya, inilah yang dimaksud dengan Pos Guci... Kirain Gucinya segede apa, ternyata kecil, wkwkwk... dan air yang bisa ditampung dari tetesan air akar pohon tentu saja sangat sedikit.. Jadi lebih baik membawa air dari bawah saja. Total waktu untuk mencapai Guci adalah 2 jam dari Watu Gede.


pos 2: guci

puncak lemongan dengan kalderanya yang mengannga
Dari Guci, kami bingung pilih jalur lurus atau belok kiri karena sama sekali tidak ada petunjuk. Maka Frans, dan seorang pendaki dari kelompok lain naik melewati kedua jalur tersebut. Hasilnya, mereka bertemu di atas, jadi ternyata kedua jalur ini berujung di titik yang sama, hanya saja yang lurus lebih curam kemiringannya.
Hutan tropis masih mendominasi jalur pendakian ini, sampai tiba di jalan yang dipenuhi bekas pohon tumbang, dan disambut dengan batu-batu besar yang memenuhi jalan di kiri-kanan. Di sana, kalau kita beruntung, kita bisa menjumpai tumbuhan kantor semar.
Di akhir dari melipir batu-batu besar...Puncakkkk...
Total 2 jam waktu tempuh dari Guci hingga puncak.

Puncak Gunung Lemongan tidaklah lebar. Untuk bisa berfoto di dataran dengan plakat ketinggian, hanya bisa untuk sekelompok pendaki saja. Tapi, kalau kita berjalan ke arah kanan, kita bisa mendapati dataran yang lebih luas, bahkan bisa untuk mendirikan sekitar 2-3 tenda kapasitas 2. Kalau kita ke arah kiri dari plakat, kita bisa berdiri untuk 2-3 orang, yang mungkin akan mengambil foto dari kelompok yang akan berfoto dengan plakat :D Kalau jalan sempit itu diteruskan, kita bisa mengelilingi tepian kawah Lemogan, namun lebih baik tidak dilakukan karena sangat berbahaya mengingat sangat sempitnya pijakan yang ada. Kalau meleset pijakan sedikit saja, taruhannya Anda terpeleset ke jurang kaldera yang dalam itu T.T

puncak Gunung Lemongan di tepi kaldera kawahnya

puncak gunung lemongan

Puncak Mahameru nampak dari puncak Lemongan

Comments