Gunung Plawangan atau Lawangan Malang

Gunung Plawangan atau Gunung Lawangan adalah sebuah bukit di perbatasan Kabupaten Malang dengan Kabupaten Pasuruan, dan letaknya beriringan dengan sebuah bukit lain yang tak kalah lancipnya, sehingga dari jauh tampak seperti membentuk celah pintu, atau dalam bahasa Jawa disebut Lawang atau Plawangan.
Letak persisnya bukit ini adalah di Desa Taji, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, berbatasan langsung dengan Kecamatan Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan.
Untuk mencapai basecamp pendakian Gunung Plawangan, kita dapat lewat :
- Tumpang, Malang yaitu arah ke Cuban Jahe, lalu sampai pertigaan menuju Cuban Jahe, kita pilih arah kanan yang naik menuju Desa Taji. 
Pastikan kendaraan Anda sehat, ya teman2,  terutama untuk matic. Sangat berbahaya melalui jalur ini kalau mengendarai matic yang tidak sehat, apalagi berboncengan. Lebih aman motor manual.
Track nya naik turun dan cukup curam, serta melalui beberapa jalan semenan yang sudah rusak dan sempit sehingga cukup memacu deru degup jantung saat berkendara, apalagi saat berpapasan dengan kendaraan lain dari arah lawan.
- Nongkojajar, Pasuruan. Jalur ini sudah full aspal mulus. Ada beberapa titik saja aspal rusak tapi itu pun saat jalan datar & di kiri kanan kebun jeruk dan apel, jadi aman.
Tugu batas wilayah Kabupaten Malang dan Pasuruan
Pos awal pendakian seperti ini. Di sini kita parkir motor, 10.000/ motor, dan sudah valet service :D 
Tiket masuk tidak dipungut lagi, sudah termasuk dalam parkir motor. Kita hanya perlu menuliskan nama dan asal kita di buku registrasi.
Tak jauh dari pos registrasi, toilet sudah tersedia dengan air melimpah dan 2 bilik (bilik yg 1 sedang dalam proses pembangunan). 
Setelah itu, ada tugu batas wilayah Kabupaten dan beberapa wahana bermain anak yang sederhana, seperti ayunan dan beberapa kursi untuk bersantai menikmati pemandangan di bawah. 
Selepas wahana ini, jalan mulai menanjak tipis-tipis. Ada beberapa percabangan tapi petunjuk cukup jelas. Sebagai pedoman, selalu ikuti arah naik saja. 
Tanjakan terakhir adalah tanjakan tanpa ampun yang panjang. Awalnya tanah halus tanpa tali, lalu mulai ada tali, dan mulai ada patok-patok bambu sebagai penyangga tangga tanah supaya tidak longsor, lalu melipir memutari sebuah batu besar, dan terakhir tanjakan menuju punggungan. 
Memandang tanjakan syaitonirojin 😅
Di punggungan ini, jalan sudah tidak lagi menanjak tapi sangat sempit. Berpapasan dengan pendaki lain di sepanjang jalan ini dijamin bikin nyali makin ciut. Bagaimana tidak ciut? Untuk berjalan sendiri saja sudah pas 1 orang, dengan kiri kanan langsung jurang yang dalam ga pake bonus, apalagi kalau berpapasan, wewww... 
Ini adalah ujung jalan punggungan itu. Waktu total untuk sampai ke sini adalah 30 - 40 menit.
Mentok ya, gaez.. belakangnya sudah jurang. Bisa sih turun ke sana, cekukan antara bukit ini dengan bukit di seberang belakang itu, tapi tentunya harus dengan perlengkapan repelling yang memadai. Kalau tidak, jangan pertaruhkan keselamatan hanya demi sebuah foto ya..
Waktu kami tiba di puncak, tak lama kemudian kelompok Suket Teki tiba juga di sana untuk memasang plakat nama gunung dan rambu area berbahaya. 
Puncak yang seuprit itu tak mampu menampung kami semua di sana maka kami foto sekenanya lalu buru-buru beranjak turun. 
Nah, ini catatan penting yang perlu diperhatikan menurutku: 
Karena area puncak cuma seuprit dan diapit jurang, sebaiknya quota pendaki yang naik dibatasi. 
Jika sudah mencapai quota, pendaki berikutnya ditahan dulu sampai pendaki2 yang tadi naik sudah turun sampai di area aman. 
Area aman yang dimaksud mana? Selepas tanjakan panjang, karena di sana berpapasan pun sudah cukup, dan ada jalur turun yang berbeda dari jalur naik.
Ini jalur turun yang kami lewati selepas tanjakan panjang, lebih datar dan teduh, meskipun hanya setapak.

Comments