Pendakian Puthuk Gragal Mojokerto



puthuk gragal dengan view G. Penanggungan

Puthuk Gragal adalah sebuah bukit di dalam area Gunung Arjuno Welirang. Destinasi ini masih tergolong baru dikenal oleh para pendaki sehingga masih hits, di luar perkiraan kami waktu itu. 

Gerbang masuk area Puthuk Gragal

Letak Pos Perijinannya tidak jauh dari Jalan Air Panas untuk akses masuk ke Puthuk Siwur dan Gunung Pundak. Dari Jalan Air Panas, ikuti saja jalan utama arah ke Trawas, hingga tiba di perempatan kecil dengan papan tanda "Puthuk Gragal" di sisi kiri jalan. Kita belok ke kanan pada jalan semen yang menanjak hingga tiba pada petunjuk untuk parkir area. 
Belok ke kiri untuk masuk ke lapangan besar untuk parkir. Ini adalah tempat parkir yang baru, yang lama tak seluas ini. Rupanya peminat untuk destinasi ini cukup banyak sehingga tempat parkir lama tak lagi mampu memuat kendaraan pendaki yang datang. 
parkir motor yang baru

Di depan parkir motor, ada sebuah warung yang menyediakan kopi dan jajanan kecil. Kita bisa nongkrong di sini saat turun nanti tapi tidak bisa mendaftar di sini, pos perijinannya masih di belakang warung, dapat dicapai dengan menyusur jalan setapak di sampingnya lalu turun dan belok ke kanan. 

jalan setapak di samping warung yang menuju pos perijinan

warung-warung di samping pos perijinan

Di pos perijinan, kita diminta membayar di loket, dengan tarif 10.000/ orang. Setelah mendapat tiket, kita harus mengantri untuk menuliskan nama & kontak pada buku tamu, dibekali surat perijinan yang disteples bersama tiket, serta mengantri untuk mendapatkan briefing dari para pengelola. Briefing yang diberikan sangat penuh muatan, jadi memang tak boleh dilewatkan. Isinya terutama pada pengetahuan medan yang akan dilalui. Ingat, jangan pernah meremehkan gunung atau bukit apa pun, teman-teman..

Perjalanan kita akan dimulai dengan menyusuri jalan semen sepanjang aliran air pada saluran yang juga terbuat dari semen. Aliran air ini berasal dari Cuban Ngepung yang berada di atas Pos 4.


Lepas dari sungai lebar, baru tanjakan dimulai, cukup membuat kita ngos-ngosan, setelah dimanjakan jalan datar sepanjang aliran air. Tapi tak perlu khawatir, gak lama kok, kita sudah akan langsung berjumpa yang kita nantikan:
Pos 1 Watu Ceper pada ketinggian 971 mdpl. Areanya cukup luas dan datar, bisa untuk mendirikan sekitar 10 tenda dan ada sebuah kursi panjang dari bilah bambu.
Tak sampai 5 menit dari pos 1, kita akan menjumpai mata air satu, di sisi kiri jalan, dengan petunjuk seperti ini.
Jalanan masih menanjak tipis-tipis dan vegetasi hutan hujan tropis. Setelah pertigaan, baru kita mulai dihajar tanjakan tajam yang hmmm... panjang dan di antara ilalang dan bambu, sementara di sisi kanan kita jurang. Suara deburan air terjun di kejauhan. Sambil berjalan dengan napas satu dua, kita pasti langsung teringat pada trek menuju pos 3 Gunung Anjasmoro via Dusun Segunung: menanjak dan di antara pohon-pohon dan bambu. Di akhir tanjakan, kita dihibur dengan keberadaan sebuah bale-bale di sisi kiri jalan. Sebuah dataran (meski tak begitu datar juga) nampak di depannya. Kami berhenti untuk menormalkan nafas sambil menunggu 2 teman yang sholat, dan karena mengambil matras susah, maka akhirnya aku keluarkan plastik -yang biasa ku bawa untuk menutup tenda dari embun- sebagai alas teman-teman yang akan sholat. 

Kabar gembiranya, ternyata ini sudah pos 2 Bukit Gamblu 1066 mdpl, gaezz.. yeayyy..
Kabar buruknya: di depan menghadang TANJAKAN OPO, wkwkwkwk... Lihat dari bawah saja sudah langsung capek, apalagi buat melewatinya. Beberapa anak-anak yang sekitar usia SD main tancap gas saja lari sejak sebelum bale-bale hingga pertengahan tanjakan, lalu terengah-engah. Aku hanya membayangkan, kalau telat oper gigi, bisa mundur itu mereka, kayak motor manual, wkwkwk
Dan karena itulah lantas kami memutuskan memutar saja lewat jalur yang lurus dan lebih jauh tapi lebih landai. Yup, ini yang tapi disampaikan oleh bapak yang ngasi briefing kami di pos perijinan. Makanya kudu nyimak beneran pas di briefing, daripada salah ambil keputusan.

tanjakan opo: belum punya nama tapi sudah greget bikin keder lutut & jantung

Lepas dari jalan memutar, toh kami masih bertemu ujung dari tanjakan opo, masih cukup bikin keder, takut salah pijakan lalu nggelundung turun :D
Yah.. break sebentar lah di bawah pohon besar di ujung tanjakan, sambil menunggu kelompok yang turun untuk lewat jalur dahulu. 
Setelah tanjakan, kita mulai masuk hutan pohon genjret -begitu istilah yang diberikan penduduk pada pohon ini- dan vegetasi mulai terbuka. Nampak langit yang mendung di antara ranting-ranting meranggas: epic ^__^
setelah melewati tanjakan opo
Kita bisa break lagi di perempatan di mana jalur ke kiri dan kanan adalah jalur trail, bukan jalur pendakian. Cukup lega dan datar di sini. 
Berjalan sedikit lagi di antara pohon-pohon genjret, dan kita sudah tiba di pos 3 Hutan Genjret 1162 mdpl.
Dari pos 3, vegetasi masih tetap pohon-pohon genjret dan beberapa pohon berkayu. Ada sempalan pada pipa air yang kemudian diberi kran pada sisi kiri jalur. Tapi banyak yang kurang kontrol dalam mengambil air sehingga jalur menjadi becek dan cukup membahayakan terutama ketika hujan, dan karena di jalur ini pas tanjakan tanpa pegangan.
Beberapa menit dari kran, kita sampai di pertigaan dengan arah ke kiri disilang dan diberi tanda panah besar berwarna merah sedangkan arah ke kanan adalah jalur pendakian. 
Dari sini, pos 4 sudah dekat. Di ujung jalan, kita akan melihat sebuah pohon besar di sisi kiri, dan sebuah dataran cukup luas di depannya. Di atasnya sebuah dataran tapi masih penuh rumput-rumput liar. Ada pembatas dengan tali rafia di sisi atas pohon besar. Itulah jalur pendakian menuju camp area, namun karena kurangnya petunjuk dan area di depan pohon lebih terbuka, maka sering sekali para pendaki salah memilih lewat tanaha lapang daripada lewat jalur dengan pembatas tali rafia. 
Camp di pos 4
Kami camp di Pos 4 Tanjakan Celeng 1238 mdpl waktu itu, karena hari sudah mulai gelap, pertimbangan posisi sumber air, dan kekhawatiran kalau camp area overload. Total 1 jam 40 menit waktu yang kami tempuh untuk tiba di pos 4.
Dari pos 4, mata air hanya sekitar 15 menit atau 5 menit saja kalau kita bisa mengambil dari pipa sambungan. Hati-hati saat mengambil dari pipa sambungan karena untuk mengembalikan sambungan pipa butuh konsentrasi cukup, kalau tidak, yang terjadi seperti malam itu: jalur tergenang air sampai-sampai kami tak tau kalau sebenarnya ini bukan sumber tapi hanya sambungan pipa yang gagal dikembalikan ke posisi semula. Esok paginya baru kami tau kalau sebenarnya sambungan pipa ini kering dan masih ada jalur menuju tandon besar di belakangnya.
Pos 4 sendiri sebenarnya hanya bisa memuat sekitar 5 tenda di tanah datar depan pohon besar. Namun, kalau teman-teman mau agak repot seperti kami waktu itu, teman-teman bisa membuka tenda di trap ke-2 di atas dataran tersebut. Hati-hati ya, banyak ranjau di sini, dan banyak lubang yang bakalan membuat sakir pinggang saat tidur. 

Pagi hari, kami rencanakan untuk summit selepas subuhan. Realitanya? Hahaha.. ya seperti biasa, jauh setelah matahari menyengat ganas di atas sana. Ya karena tanah tempat kami mendirikan tenda ada bagian yang miring parah sehingga membuat tidur tak nyenyak dan berakibat pusing. 
Summit kami mulai dengan menapaki jalur sepanjang samping tali rafia. Gilak tanjakannya, mana vegetasinya sudah ilalang, sehingga susah mencari pegangan dan tanah sudah berpasir halus. Membayangkan bagaimana nanti turunnya? Nggak deh... jalani aja yang ada sekarang, turun urusan belakang, wkwkwkwk
Dari pos 4, perlu waktu sekitar 20 menit untuk tiba di camp area, tanpa keril ya.. dengan medan yang full tanjakan dan tanah licin berpasir halus. Beberapa tenda sudah nampak berdiri di area datar sebelum camp area. Benar saja, karena ternyata camp area sangat padat penduduk a_a Banyak juga yang sampai harus membuka tenda di area yang miring saking tidak ada lagi tempat. 
Untungg kami mengambil keputusan tepat untuk camp di pos 4.

Dari camp area, ambil arah ke kiri untuk menuju puncak. Dari sini, puncak sudah terlihat, benderanya mengintip di atas, hahaha..
Hanya butuh sekitar 5-10 menit untuk sampai puncak. 
Di puncak -yang memang benar-benar banyak gragalnya- ada banyak spot untuk berfoto. Ada view sabana kalau kita mengambil spot di papan Bukit Iwak Asin atau sekitarnya, ada view Gunung Penanggungan kalau kita berfoto dari papan plakat Puthuk Gragal. Just enjoy the beautiful scenery, nggak rugi deh, dijaminn..



Kembali ke camp di pos 4, kami lanjut ke Cuban Ngepung. Jalannya lewat sumber air tempat kami refill air masih terus sampai tandon air besar, lalu naik sisi kanan sungai lewt tanjakan ekstrim, dan menyusur sepanjang tepi sungai di antara pohon-pohon bambu. Di ujung jalan, itulah Cuban Ngepung. Batu-batu besar menyambut. Di ujung atas sana air jatuh dari tebing tinggi di atas kami. Total waktu perjalanan 15 menit untuk sampai ke Cuban ini.


Puthuk Gragal ini merupakan paket lengkap sih.. Sekali jalan, kita bisa dapat camping, hutan, savana, dan cuban, pass
















Comments