Perjalananku menuju Bukit SIkendil diawali dari sini. Ini halte depan Polsek di seberang Taman Kartini, Temanggung.
Dari sini, aku naik angkot kuning menuju Pasar Parakan. Tarifnya 5000/ orang.
Dari Pasar Parakan, aku naik bus kecil engkel ke arah Desa Ngadirejo. Buat yang belum pernah ke Jawa Tengah naik angkutan umum, mungkin bingung bus engkel itu apa ya :D Bus engkel itu bus kecil yang kapasitasnya sekitar 21 orang aja, pintu nya di tengah dan depan samping supir.
Naik bus ini turunnya di Tugu atau di Pasar Ngadirejo, lalu menyeberang ke pangkalan ojek. Tarif busnya 15.000/ orang.
Dari pangkalan ojek, aku ngojek ke Basecamp Desa Sibajag. Tarifnya 50.000/ orang. Asli, ga banyak ojek yang tau tempat persis basecampnya di mana, lho, jadi kudu dipastikan naik ojek yang tau jalan atau paling nggak mau tanya-tanyalah kalo nanti nyasar, wkwkwk
view dari SPBU sebelum sampai Desa Sibajag, dari SPBU sebelum Sibajag |
Nah, ini Basecampnya. Papan informasi lokasi basecampnya ketutup jemuran gitu, dan udah ga jelas lagi tulisannya, kawan, jadi ya diingat-ingat aja ya.. Habis rest area Sibajag, masih naik lewat Grand Canyon Sibajag, lalu tikungan setelah Grand Canyon. Dari papan info itu, kita nyeberang masuk gang kecil. Basecamp nya di dalam gang kecil yang arah turun itu :D
tiket masuk Green Canyon & pendakian Sikendil |
Basecamp Pendakian Sikendil terdiri dari 2 ruangan kecil yang cukup nyaman buat numpang nginep. Kamar mandinya besar sih, tapi ga ada pintunya, eh.. ada tapi sudah dilepas dan dianggurkan di sisi samping luar kamar mandi a.a
Mau titip barang juga bisa, sewa perlengkapan camping juga bisa.
peta pendakian Sikendil via Sibajag |
Parkir motor dimasukkan ke ruangan tempat tiket sedangkan parkir mobil nggak ada, sih..
Untuk mulai pendakian, kita harus keluar gang kembali ke jalan besar lalu masuk ke gang samping rumah merah, atau berjarak 1 gang dari basecamp. Dari situ kita berjalan melalui rumah-rumah warga lalu masuk ke ladang yang arahnya turun sampai bertemu tanda merah menyeberang saluran irigasi kecil, belok kanan. Jalan masih berupa jalan tanah ladang sampai kita menyeberang sungai kecil dengan gerbang kayu yang sudah rontok dengan segerombolan tumbuhan bambu kering di belakangnya.
Nah, mulai menanjak sedikit, lalu melipir sungai dan naik terus sampai jalan tanah yang naik cukup curam. Mungkin ini pos 1 ya? Papan-papan penanda banyak yang sudah hilang.
FYI, saat mendaki ini saya solo hiking dan yang naik bersama saya tak ada seorang pun, padahal ini weekend -sabtu siang. Selama di trek naik pun saya hanya berpapasan dengan 1 keluarga (bapak-ibu-anak) yang sedang turun, sehingga benar-benar berasa gunung pribadi ^_^ Emang sepi sih pendakian di sini, baru saat turun, saya berpapasan dengan 2 kelompok pendaki yang akan camp malam itu (sabtu malam).
Dari jalan tanah curam, kita masih terus dihajar tanjakan sampai perhentian sedikit datar, dan disambut tanjakan berikutnya dengan 2 pilihan jalan naik: trap tanah dengan pembatas kayu-kayu atau batu-batu. Trek ini terus begini sampai puncak. Tapi kabar gembiranya, keseluruhan trek tidak memakan waktu lama kok. Saya hanya membutuhkan waktu 40 menit naik di tengah hari bolong. Cukup lama foto-foto dan merekam video di puncak, dengan peralatan seadanya dan kebingungan mencari alat supaya bisa mengambil foto saya bersama Gunung Sindoro di belakang karena tidak ada pendaki lain yang naik (supaya bisa dimintai tolong untuk moto :D) dan tripod yang tingginya hanya 10 cm hahahahaa.. Intinya, lama ribetya dehh.. lalu turun pada pukul 12.00
catatan trek & waktu saya |
Comments
Post a Comment
Please enter ur comment here...-.~