Pendakian Gunung Latimojong - Atap Sulawesi

Catatan Perjalanan Pendakian Gunung Latimojong

Dari Surabaya kami naik pesawat dan turun di Bandara Makassar. Dari bandara, kami tak dapat langsung naik mobil yang kami carter untuk mengantar kami ke Baraka karena mobil angkutan dari luar tidak boleh masuk bandara. Maka kami  harus naik tadi dulu dari bandara ke Tepi Kota -demikian nama tempat di mana kami baru boleh naik mobil carteran kami- dwnhn tarif 100.000/ mobil.
(Cerita perjalanan dari Surabaya ke Makassar, dan rammang-rammang, bisa dibaca di sini: https://silvanarw.blogspot.com/2019/07/rammang-rammang-maros-surganya-sulawesi.html )

Pukul 20.30, malam memang, tapi kami belum juga tiba di Baraka. Kami mampir sebentar di warung sederhana, yang ternyata memberikan layanan gratis untuk driver, dan memesan nasi + Mie untuk makan malam kami, demi menghemat waktu supaya bisa segera tiba di Baraka.
21.30 akhirnya Kami tiba di Baraka. Pak Iwan, driver & owner jeep kami hubungi, dan bersedia mengantar Malam itu. Kami belanja sayur di sini seharusnya, tapi semua penjual sudah tutup. Mas Adi dari KPA Lembayung yang mengantarku berputar mencari2 ke pasar maupun rumah penjual sayur tapi maklumlah H-2 lebaran, sayur kosong. Maka kami putuskan untuk membungkus nasi goreng untuk besok pagi sedangkan teman2 lain makan malam sambil menunggu Pak Iwan.
Pak Iwan datang mengendarai sebuah jeep semi tertutup, yang membuat kami pusing bagaimana Cara memuat 15 orang + semua barang kami ke dalam jeep tersebut. Ketika akhirnya Kami berhasil, jeep merayap perlahan menyusuri jalan desa. Tiba di rumah Pak Iwan, beliau turun sebentar untuk mengambil kardus guna dipakai alas duduk teman2 yg duduk di jok, sementara yg lain berpegangan di belakang.
Sekitar 45 menit perjalanan, ban Kiri belakang mobil bocor kena batu. Kami pun turun dan Pak Iwan dibantu beberapa teman untuk menerangi , mengganti dengan ban cadangan. Ban yang bocor ditinggal di tepi jalan, toh tak Akan Ada yang mengambil juga. Gerimis waktu itu. Sebagian teman yg di luar kami paksa masuk jeep dengan lebih menipiskan tubuh, namun toh tetap tak bisa memuat semua ke dalam.
Pukul 2.00 kira-kira, kami sudah melewati beberapa desa dan masuk jalan tanah becek berbatu selebar persis hanya sebuah Mobil + motor. Ban bocor lagi kena Batu, kali ini yg depan, dan kali ini sudah tak ada ban cadangan. Di tengah jalan yang jauh dari perkampungan, tanpa ban cadangan, dan tak ada tukang tambal ban lewat tengah malam seperti ini, kami tak mampu lagi membayangkan apa yg bisa dilakukan. Pak Iwan meminta kami semua berjalan naik sambil membawa barang2 berharga masing2, mencari tempat terdekat untuk berisitirahat. Barang2 lain bisa ditinggal di mobil saja karena toh di tengah hutan seperti ini tak akan ada juga yg mengambil, Aman. Pak Iwan sendiri akan turun mencari perkampungan terdekat untuk mencari pinjaman ban. Akhirnya seorang teman menemani Pak Iwan turun.
Kami yg lain menemukan sebuah shelter 10 menit dari mobil, depan sebuah kebun kopi. Malam itu Kami tidur sampai subuh, dan baru menyadari kalau Pak Iwan & jeepnya belum juga naik ke tempat kami.


Hari ke-2: 

Sekitar pukul 7.30, setelah beberapa teman naik dan turun untuk mengambil barang dari Mobil, Pak Iwan & teman kami baru nampak kembali dengan mendorong ban pinjaman. Puji Tuhan :)
Kami packing lagi, menyusun posisi duduk, dan melanjutkan perjalanan.
Tiba di Desa Karangan sekitar pukul 9.30, kami segera menurunkan barang2 dan memisahkan yg akan dibawa dari yg akan ditinggal. Sebagian teman sarapan dan aku melapor kepada kepala dusun: menuliskan nama-nama peserta dan membayar simaksi 10.000/ orang dengan meninggalkan sebuah KTP untuk diambil saat kembali. Tidak Ada karcis yg diberikan, hanya sebuah kertas semacam tiket dalam plastic yg dibawakan, dan dikembalikan pula saat kami mengambil KTP nanti.
Berhubung tak ada porter yg bisa menemani kami, maka aku minta tolong ibu kepala dusun untuk mencarikan penduduk yg bisa mengantar kami sampai pos 1 (mengingat potensi nyasar karena banyak percabangan adalah dari desa sampai ke pos 1), dengan membayar 50.000. Berbelanja margarine, cabe, Dan telur kepada Ibu kepala dusun, lalu melanjutkan persiapan kami.

full team di lapangan desa Karangan, sebelum memulai trekking
tanjakan pada awal trekking dari Desa Karangan
10.40 Kami mulai melangkah menapaki jalan semen-an kampung menuju ladang kopi. Jalan lurus terus ke atas, pada per3an pertama pilih jalan lurus yang landai, pada per3an berikutnya pilih jalan lurus menyeberangi sungai kecil, memotong ladang kopi, lalu belok kanan. Jalan selanjutnya akan naik terus sampai pos 1. Perlu waktu sekitar 1,5 jam untuk tiba di sana. Jangan lupa memakai topi karena jalur selepas ladang hingga pos 1 akan langsung terpapar sinar matahari.

Pos 1 adalah sebuah tanah datar yg cukup memuat 4-5 tenda, di tepi jalur. Tidak Ada sumber air maupun shelter di sini.
Berjalan naik 5 menit lalu mulai masuk hutan. Di sini sudah mulai teduh, meskipun jalan masih terus menanjak. Ketika suara debur air mulai terdengar, jalan mulai melipir sisi tepi sungai yang akan berakhir pada sumber utama suara debur tersebut: air terjun -kata warga sekitar- yg merupakan pos 2. Jangan tertipu, masih perlu waktu sekitar 45 menit-1 jam untuk tiba di sana karena berjalan di antara akar-akar pohon dengan posisi miring melipir tebing sungai cukup seram juga.
14.45 akhirnya kloter terakhir rombongan kami tiba di pos 2.

jembatan tepat sebelum pos 2
Pos 2 berupa gua batu besar dengan batu-batu lain di sekitar nya. Ceruk Batu besar di bawah cukup untuk tidur sekitar 9 orang atau 2 tenda. Sisanya bisa di ceruk batu atas atau di samping jembatan.
Kami berunding, apakah akan lanjut ke pos 5 sesuai rencana awal atau sampai di sini untuk camp. Beberapa mengusulkan untuk lanjut semampunya ke pos 3 atau 4. Aku pilih camp di pos 2.
Begini, perjalanan ke pos 5 paling cepat 4 jam dan komposisi kelompok kami 9 cewek - 6 cowok.
Maka begitulah, kami camp di pos 2 dengan konsekuensi perjalanan menuju puncak akan memakan waktu dan jarak yang lebih jauh. 

Malam itu, kami menggelar flysheet pada ceruk batu besar dan 2 tenda kapasitas 2-3 masing2 di bawah batu lainnya.

Hari ke-3 :

2.00 kami mulai berangkat summit. Diawali dengan 2 tanjakan tajam, berpegangan pada akar2 pohon, dan masih hutan dengan akar-akar pohon, kami melaju naik dalam kegelapan.
Sampai pos 3 pukul 2.56
Sampai pos 4 pukul 3.43
Sampai pos 5 pukul 5.22
Sampai pos 6 Pukul 6.50
hutan lumut, di atas pos 5

Sampai pos 7 pukul 7.55.
Sampai Mata air pukul 8.00
Sampai pos 8 pukul
Sampai puncak mulai pukul 8.54 - 11.15

puncak Rantemario, Latimojong

Setelah mengambil foto dan video bersama, kami turun langsung ke pos 2. Rombongan pertama tiba sekitar pukul 5, sebelum hari gelap, sementara yang terakhir baru tiba sekitar pukul 7.

Malam itu, kami putuskan sebagian turun ke desa untuk bisa menghubungi Pak Iwan yg akan menjemput esok pagi. Kami harus memberi info supaya ada kepastian hari dan waktu penjemputan supaya rencana berjalan sesuai itinerary awal kami.




Comments